Pemuda SMK 17 tahun Lulusan Kelas MADE – KADE dan Mimpinya  

Semangat anak SMK satu ini, memang jempolan. Di usia 17 tahun Muhammad Ghifari Yusuf sudah mengantongi sertifikat lulus kelas MADE dan KADE. Dalam beberapa kesempatan, anak pesantren ini juga mengajar Android untuk para guru SMK. Kok bisa? Apa mimpi programmer belia ini? Simak kisahnya.

Cita-cita Jadi Seorang Developer

Sehari-harinya, Ghifari -begitu ia disapa- bersekolah di SMK IDN di Jonggol, Bogor. Tinggal di boarding school membuat kegiatannya sehari-hari, terjadwal rutin. Rutin dimulai dari pukul 4 pagi dengan menghafal Quran. Pukul 7.30  ia mulai sekolah hingga pukul 15.00. Dilanjut istirahat dan menunaikan shalat. Setelahnya, ia kembali belajar hingga waktu tidur tiba.

Sejak SMP pemuda ini akrab dengan software Photoshop. Ia mendesain untuk memenuhi permintaan teman-temannya demi keperluan sekolah. Dari situ, ia menyadari minatnya ada pada dunia IT hingga memutuskan “Saya ingin fokus belajar hanya pada hal-hal yang sesuai passion saya, yaitu jadi seorang developer” ujarnya.

💻 Mulai Belajar Pemrograman

Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.

Daftar Sekarang

Saat ditanya ”Apa cita-citamu?” Ia lantang menjawab “Jadi progammer yang handal!”

Demi cita-citanya ini, ia memilih belajar di SMK yang khusus mengajarkan IT. Ia jadi fokus belajar Programming, salah satu hal yang menurutnya menarik dan menantang untuk dipelajari.

Saat ini Ghifari duduk di tingkat 3 dan telah menyelesaikan semua materi belajar tentang programming. Karena status dan kesibukannya sebagai pelajar,. memang Ghifari belum punya pengalaman profesional bekerja di perusahaan. Namun untuk kerja praktik, ia sempat diterima magang di GITS Indonesia, sebuah software house di Bandung. “Lewat magang, saya ada gambaran seperti apa kerja programmer itu. Meskipun sulit, banyak ilmu yang dapat saya ambil, jJadi lebih semangat jadi programmer,” ucap pemuda asal Purwakarta ini, optimis.   

Gemar Mengajar dan Mengejar Sertifikasi

Di usia 16 tahun Ghifari menjadi fasilitator termuda dalam kegiatan Indonesia Android Kejar (IAK) yang diselenggarakan oleh Google tahun lalu. Dengan kesempatan ini, ia mengajar dasar-dasar Android dan programming untuk para peserta IAK yang semuanya berumur lebih tua darinya. Lewat pengalaman tersebut ia merasa “Beruntung sudah dipercaya, meski (saya) masih muda!”

Tahun lalu saat menjadi fasilitator Google IAK

IAK berlanjut menjadi Google Developer Kejar 2018 di mana Ghifari terpilih jadi salah seorang Peserta  terpilih di batch pertama. Melalui GDK ini, ia menuntaskan kelas KADE-nya dan menggenapkan sertifikasi kelas Picodiploma-nya menjadi 2: kelas KADE dan MADE. Wow!

Sesaat setelah memeriksa submission kelas KADE Ghifari, Nur Rohman (Head of Reviewer Dicoding Academy) berujar “Komponen UI yang dikerjakannya, bagus!”

Suka dengan desain membuatnya perhatian pada detail yang clean, rapi, tapi tetap informatif. Teruji. Seperti itulah kesan yang kita dapat saat melihat profil CV-nya di LinkedIn https://www.linkedin.com/in/mayburger/ dan di Github https://mayburger.github.io/. Banyak pula sertifikasi keahlian dan tanda penghargaan yang diunggahnya di sana. Total ada 15 buah. Selain dari Dicoding, ada sertifikat Associate Android Developer, menang lomba Android App Competition, hingga tes bahasa Inggris. Itupun belum semua sertifikat, ia masukkan.

Menurut penerima Android Fast Track Scholarship ini, “Keahlian yang dibuktikan lewat sertifikat itu, penting.” Terutama untuk menunjukkan portfolio profesional.

Terbukti, profil-nya di Github membuatnya pernah menerima tawaran bekerja. “Dulu pernah ada perusahaan mengaku dari Malaysia. Ada lagi dari Singapura. Saya ditawari bekerja di sana,” kenangnya bangga.

Uniknya, dari profilnya satu lagi di Linkedin, ia  mendapat total 15-an orang -umumnya mahasiswa- yang berkonsultasi padanya tentang arsitektur Android. “Saat ini saya lagi ngajarin seorang mahasiswa. Dia tanya tentang cara mengimplementasikan beberapa mockup.”  

Dari semua pengalamannya di usia belia, ada yang paling berkesan: pengalaman mengajar. Satu yang terkenang adalah saat menjadi trainer materi “Dasar-dasar Programming dan Mengambil Data dari Internet” untuk guru-guru SMK dari jurusan Rekayasa Perangkat Lunak. Jauh-jauh datang Bapak Ibu Guru bertandang ke sekolahnya demi -salah satunya- pengayaan Android darinya.

“Dengan mengajar, ilmu saya jadi tersebar. Bisa mengajarkan orang lain. Manfaatnya jadi berlipat-lipat”, ujar Ghifari tersenyum.     

Tentang Upgrade Ilmu di Dicoding Academy

Saat bertanya “Apa pendapatmu tentang upgrade ilmu di Dicoding Academy?”

Ghifari menjawab, “Kelas Menjadi Android Developer Expert itu kan punya modul terstandarisasi. Dunia kerja Android sudah tahu itu. Mereka punya ekspektasi kita (lulusan) bisa apa saja. Dan mereka tahu kita bisa,” jawabnya.

Saat ditanya bagian terfavorit dari kelas Academy, ia menjawab cepat ”Review!” “Saat di kelas KADE, apa (poin masukan) yang diutarakan ke saya, sangat berguna. Agar kode saya lebih rapi, reviewer kasih tahu metode dan arsitektur apa yang tepat,” jelasnya.

Harapan Membahagiakan Orang tua

Ghifari mengaku belum banyak membanggakan orang tua. Ibundanya adalah ibu rumah tangga dan ayahnya adalah seorang pensiunan pegawai swasta. Karena pekerjaan, beliau memboyong sekeluarga tinggal di Jubail, Arab Saudi selama 6 tahun. Tak heran bahasa inggris Ghifari, fasih dan beraksen.  

Panutan hidupnya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Tujuan hidupnya, “Berusaha untuk membahagiakan orang tua dengan jadi anak saleh.”

Salah satu caranya, ia ingin mengamalkan ilmu programming yang ia dapat agar bermanfaat untuk orang lain. Ia tengah mengembangkan sebuah aplikasi kumpulan dzikir (mengingat Allah) yang berisi dzikir pagi, petang, setelah dan sebelum shalat. Kalau nanti sudah up di playstore, kami kabari di tulisan ini ya!

Beberapa tahun ke depan ia membayangkan dirinya mendirikan sebuah software house. Untuk itu dalam hal pengembangan diri, selain programming ia bertekad lebih serius belajar UI/UX dan public speaking. Dan lagi-lagi “hal-hal lainnya yang bisa membahagiakan orang tua.”

Ia percaya ada banyak developer hebat Indonesia yang usianya jauh lebih muda darinya. Karena teknologi selalu berkembang, ia punya keyakinan kalau “Developer itu harus fokus dalam satu bidang. Seperti dokter umum dan spesialis, tentu penghasilan dokter spesialis jauh lebih tinggi, kan?

Terakhir ia berpesan “Teknologi selalu berkembang. Kita harus fokus dalam 1 bidang. Meski susah Jangan mudah menyerah.”

Yup, kamu telah membuktikannya. Terima kasih, Ghifari.


Belajar Pemrograman Gratis
Belajar pemrograman di Dicoding Academy dan mulai perjalanan Anda sebagai developer profesional.